Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Pengendalian Inflasi Untuk Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Nasional
Mentok, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bangka Barat - Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kabupaten Bangka Barat Drs.Heru Warsito membuka acara Focus Group Discussion (FGD) Inflasi Kabupaten Bangka Barat dengan tema “Strategi pengendalian inflasi untuk meningkatkan ketahanan ekonomi Bangka Barat” bersama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Barat pada Kamis pagi di OR II (21/11/2024).
Inflasi menjadi konsentrasi yang sangat penting, mengingat mandat presiden pada acara rakornas forkopimda 2023 lalu, presiden menghimbau kepada semua kepala daerah dan Bank Indonesia selaku Bank Central agar terus menjaga stabilitas inflasi dan memperhatikan kenaikan retribusi daerah agar tidak bersifat kontra produktif terhadap perekonomian, "ucap Heru Warsito".
Pada kesempatan kali ini hadir juga Kepala BPS Kabupaten Bangka Barat, I Ketut Mertayasa, S.ST, menyampaikan penyebab umum inflasi/deflasi di Indonesia diantaranya, musim, distribusi, harga yang diatur pemerintah, dan lainnya.
Selama tahun 2024 kabupaten Bangka Barat mengalami inflasi secara bulan ke bulan (m-to-m) terbesar pada bulan februari 2024, yaitu sebesar 0,47 persen. Pasca momentum Hari Raya Idul Fitri, yaitu pada bulan Mei-Agustus 2024, kabupaten Bangka Barat tercatat mengalami deflasi secara berturut-turut. Deflasi terbesar terjadi di bulan juli 2024 (pasca Hari Raya Idul Adha). dengan deflasi sebesar 0,61 persen. Meskipun demikian, terlihat adanya tren penguatan inflasi dibulan september-oktober 2024, "ungkap I Ketut Mertayasa"
Menyambung dari kepala BPS, Drs. Heru Warsito mengatakan Pada tahun 2024 kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki perekonomian yang cukup solid. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator makro sosial ekonomi, seperti selama hampir 20 tahun tingkat pengangguran terbuka Bangka Barat selalu berada dibawah tingkat pengangguran terbuka nasional dan tingkat pengangguran terbuka provinsi Bangka Belitung. Kemudian yang kedua, bahwa persentase jumlah penduduk miskin Bangka Barat juga menjadi paling rendah dibandingkan dengan kabupaten/Kota lainnya sepanjang 2017-2024.
Menurutnya jika diperhatikan karakteristik Inflasi Bangka Barat sangat unik. Karena Inflasi Bangka Barat tidak merespon lonjakan-lonjakan pemerintah. Seperti contoh permintaan barang dan jasa pada saat momen-momen hari besar seperi bulan puasa hari raya lebaran, berbeda dengan inflasi nasional dan inflasi Bangka Belitung yang meningkat cukup signifikan. Ini menunjukan peran aktif dari Pemerintah Daerah, stakeholder untuk memastikan pasukan bahan pangan pokok tetap stabil.
Selain itu beliau menjelaskan Beberapa strategi pemanfaatan data inflasi Bangka Barat yang dapat di terapkan diantaranya keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif. Dia berharap kita semua harus berkolaborasi, bersinergi dan bersama-sama untuk mengendalikan inflasi ini, sehingga Bangka Barat tetap bisa mengejar apa yang ditargetkan secara nasional.
(Penulis: Rizka Umami)